Mutu Pendidikan dalam Penguatan Kreativitas Anak Prasekolah

Authors

  • Windisyah Putra IAIN Takengon

DOI:

https://doi.org/10.54604/tdb.v11i2.43

Keywords:

kreativitas, berpikir akademik, berpikir kreatif, anak usia dini

Abstract

Semua anak mempunyai potensi untuk kreatif dengan tingkatan kreativitasnya yang beragam, maka diperlukanlah dukungan dari lingkungan yang baik. Sejatinya pembelajaran di PAUD lebih menekankan pada kemampuan berpikir akademik (konvergen) sementara proses berpikir kreatif (divergen) menjadi jarang disentuh. Orangtua dan guru dapat membantu mengembangkan kreativitas anak dengan menciptakan situasi belajar sambil bermain. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya dengan menaruh kepercayaan terhadap kemampuan dirinya, berani mengembangkan gagasan baru, dan memiliki kesempatan bermain sesuai dengan minat dan bakatnya. Pendidikan yang diberikan dapat menstimulasi anak usia dini agar mereka lebih berkembang dan kreatif. Guru dan orangtua tidak hanya membuat anak pintar dalam sesaat dengan memaksakan anak harus belajar sesuatu yang tidak sesuai dengan daya kemampuannya. Tindakan itu akan mematikan kreativitas anak dan hasilnya anak tidak mempunyai kepercayaan diri. Memberikan penghargaan bagi setiap hasil karya anak akan memberikan dorongan positif bagi anak dari pada hukuman dan komentar negatif yang membuat anak menjadi takut dan terpojokkan. Kreativitas akan tumbuh pada tempat yang tepat, tempat yang memiliki dua syarat yaitu; (1) rasa aman dari gangguan dan tekanan; dan (2) kemerdekaan psikologis. Anak-anak yang tidak merasa aman karena dinakali teman, takut kotor, takut jatuh, takut dimarahi, takut dicela, takut dicemooh, akan mengalami hambatan proses kreativitas. Sebaliknya, anak-anak yang memperoleh rasa aman, akan memulai segala aktivitas dengan perasaan lapang dan menyenangkan. “Inovasi-inovasi” akan lahir ketika anak merasakan ketiadaan ancaman. Bagaimana mungkin seorang anak dapat bermain dan belajar dengan nyaman bila mereka harus berada dalam ruang yang sempit, pengap dan gelap. Lantas bagaimana bisa tumbuh rasa ingin tahu anak bila ia selalu berhadapan dengan lingkungan yang kosong”, “rapi” dan “steril”. Adanya praktik pendidikan yang kurang menghargai kebebasan anak sebagai praksis pendidikan yang membelenggu, bukan membebaskan.

References

B. Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak, Jilid.II Edisi. ke VI. Erlangga.

Creswell, J. W. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kauntitatif dan Mixed. Pustaka Pelajar.

Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek . Alfabeta.

H.E Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Remaja Rosdakarya.

M.Chairul Annam. (1997). Membangun Kreatifitas Anak. Rineka Cipta.

Singging D Gunarsa. (2008). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. PT. BPK Gunung Mulia.

Sisdiknas. (2010). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 14.

Sudarwan Danim. (2002). Inovasi Pendidikan. Pustaka Setia.

Supriyadi. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Alphabeta.

Utami Munandar. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT Gramedia.

Utami Munandar. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. PT. rineka Cipta.

Windisyah Putra. (2012). Menghadirkan Lembaga PAUD Ideal di Indonesia. Media Utama.

Yeni Rachmawati & Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak

Downloads

Published

2022-03-15

How to Cite

Putra, W. (2022). Mutu Pendidikan dalam Penguatan Kreativitas Anak Prasekolah. Ta’dib: Jurnal Pemikiran Pendidikan, 11(2), 59–67. https://doi.org/10.54604/tdb.v11i2.43